Asal - Usul Desa Kao Halmahera Utara
Sketsa Desa Kao |
Desa Kao berada di wilayah administrasi Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera utara yang kedudukannya berada di Ibu Kota Kecamatan Kao. Hal tersebut menciptakan sebuah kondisi masyarakat plural karena terdiri dari berbagai macam suku, dan Agama yang berdampak pada ketidakseragaman budaya dan kebiasaan hidup masyarakat Desa Kao.
Dengan berbagai latar belakang identitas yang berbeda membuat Desa Kao terlihat unik dari sisi kehidupan sosial. Namun permasalahan krusial yang sering dihadapi adalah perbedaan karakter dari masyarakat Kao sehingga sering terjadi konflik sosial yang menghambat lajunya pembangunan dalam Desa.
Masyarakat Desa Kao masuk dalam katagori masyarakat Transisional yaitu ciri kehidupan sosial antara modern dan tradisional. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kebiasaan – kebiasaan modern yang sudah diadopsi oleh masyarakat Desa Kao namun juga masih ada kebiasaan – kebiasaan tradisional yang masih dipegang teguh.
Sejarah Desa
Desa Kao diperkirakan berasal dari kelompok keluarga yang tersebar dikaki gunung Sunyiang sekitar tahun 1800. Salah satu dari kelompok keluarga yang mendiami wilayah sekitar gunung sunyiang tersebut yakni Suku Kao/Aluk. Pada masa – masa itu system masyarakat suku aluk dipimpin oleh seseorang yang dianggap bertanggung jawab, memiliki loyalitas, bijaksana, yang kemudian disebut sebagai Fanyira.
Tata cara kehidupan pada masa tersebut sudah memiliki system yang mengatur segala aktivitas sosial masyarakat seperti tata cara perkawinan dan sikap gotong royong dalam mengerjakan sesuatu.
Menurut Bukti – Bukti dan kesaksian para Tokoh Masyarakat Desa Kao bahwa Sejarah terjadinya sebuah Wilayah menjadi suatu Desa dan perubahan kehidupan dalam Desa Kao terjadi beberapa Fase diantaranya sebagai berikut :
Tahun 1800 – 1900
Salah satu Suku yang mendiami wilayah sekitar gunung sunyiang yaitu Suku Kao/Aluk berangsur – angsur pindah menuju ke pantai teluk Kao. Perpindahan penduduk tersebut awalnya hanya sebatas menjalankan rutinitas yang berhubungan dengan mata pencahariannya yaitu menangkap ikan di Laut ( Nelayan ). Karena jarak antara tempat mereka tinggal dan pantai teluk Kao dianggap menjadi masalah, maka dibangunlah tempat peristerahatan sementara dalam bentuk gubuk – gubuk kecil di daratan pantai.
Lama kelamaan semakin bertambahnya masyarakat suku Aluk yang membuat rumah – rumah kecil itu hingga sampai pada suatu waktu mereka sudah menetap dan terbentuk dengan sendirinya sebuah komunitas masyarakat dengan nama Kampung Kao.
Tahun 1900 – 1940
Meski banyak masyarakat Suku Kao/Aluk yang sudah tinggal di pesisir Pantai Kao namun ada juga yang masih menetap ditempat sebelumnya. Dan pada tahun 1904 terjadilah perang antara masyarakat Kao dengan para penjajah Belanda, perang tersebut kemudian dinamakan Perang Kao yang dipimpin oleh seorang Panglima bernama Bhingkas.
Pada tahun – tahun ini Kampong Kao sudah dipimpin oleh seorang yang disebut Kepala Kampong yang bernama “ Sirifu”. Sejarah akan ketokohannya tidak banyak diketahui secara jelas oleh masyarakat Desa Kao. Fase pada masa ini disebut sebagai Fase penjajahan Belanda.
Tahun 1940 – 1965
Pada tahun – tahun 1941 Kao dipimpin oleh kepala Kampung bernama “Abdul Latif Tipal Hongi” fase – fase ini disebut sebagai Fase penjajahan Jepang karena Pada tahun 1942 teluk Kao diduduki oleh pasukan Jepang kurang lebih 42.000 pasukan, pasukan jepang tersebut berlindung di Wilayah Teluk Kao akibat kalah perang dengan Amerika di Pulau Morotai. Konon karena banyaknya pasukan jepang yang mendiami wilayah teluk Kao hingga pada masa itu Kao di juluki dengan “The Little of Tokyo”.
Setelah Sekutu menjatuhkan Bom Atom di Nagasaki dan Horisima sebagai kota penting Jepang pada tahun 1945 maka secara otomatis Jepang menyerah tanpa syarat dan Indonesia secara cepat memproklamirkan kemerdekaannya dan diikuti dengan kepergian Pasukan Jepang dari daratan Teluk Kao.
Meski demikian masih ada sisa – sisa dampak perang yang mempengaruhi psikologi masyarakat Desa Kao yang masih dibawah satu Pimpinan Desa yang di sebut Kepala Kampong yaitu Abd. Latif Tipal Hongi hingga Tahun 1958.
Fase ini dianggap fase tersulit karena harus mempertahankan Sistem masyarakat dan kebudayaan yang sudah ada sejak lama ditengah – tengah masa transisi penjajahan dan lahirnya banyak pemberontakan – pemberontakan.
Tahun 1965 – 1980
Pada Fase ini walalupun Sistem yang pemerintahan di Desa sudah mengalami penyempurnaan dari Kepala Kampong menjadi Kepala Desa dan sudah dilakukannya Sistem Demokrasi diantaranya Pemilihan Kepala Desa namun tantangan yang dihadapi adalah semakin banyaknya para Imigran dan bertambahnya para pendatang membuat identitas local masyarakat Kao menjadi terancam hingga membuat konflik kepentingan antara pribumi dan pendatang.
Tahun 1980 – 2000
Pada Fase ini kehidupan masyarakat di Desa Kao mengalami masa Transisi dimana kehadiran para pendatang membawa kebiasan hidup yang modern hingga kebudayaan local yang bersifat tradisional mulai bergeser. Ditambah lagi dengan Konflik Sosial antara suku akibat akumulasi kecemburuan dari tahun – tahun semakin bertambah dan tekanan politik Maluku – Maluku utara semakin memanas maka pada Tahun 1999 Wilayah Kao mengalami masa – masa tersulit akibat semua aktivitas terfokus pada konflik social.
Pada Tahun 2000 – 2015
Pada Fase ini dianggap sebagai Fase Adaptasi atau penyesuaian akibat banyaknya masalah yang semakin kompleks yang tidak pernah diselesaikan hingga menciptakan pergeseran besar – besaran dari sisi kebudayaan, kehidupan social, ekonomi, maupun politik.
Masa Sekarang
Akhir Tahun 2015 saat ini dianggap sebagai Fase Reformasi bagi Desa Kao, karena perlu dilakukan perubahan secara total baik dari Sisi kebudayaan, Kehidupan Sosial, system pemerintahan yang ada di dalam Desa Kao hingga mampu mengembalikan cirri khas sebagai Identitas Lokal masyarakat desa Kao.
Kronologis Kepemimpinan di Desa Kao
Desa Kao mulai berdiri sekitar tahun 1900 dengan berbagai sejarah kepemimpinan. Urutan petinggi Desa Kao sebagai berikut :
NO
|
NAMA
|
JABATAN
|
MASA JABATAN
|
KETERANGAN
|
1
|
Sirifu
|
Kepala Kampung
|
1900 – 1941
|
Aklamasi
|
2
|
Abdul Latif Tipal Hongi
|
Kepala Kampung
|
1941 – 1958
|
Aklamasi
|
3
|
Ahmad Hongi
|
Kepala Desa
|
1958 – 1963
|
Pemilihan
|
4
|
Muhammad Tipal Hongi
|
Kepala Desa
|
1963 – 1966
|
Pejabat Sementara
|
5
|
Man Dode
|
Kepala Desa
|
1966 – 1967
|
Pemilihan
|
6
|
Yasim Mabang
|
Kepala Desa
|
1967 – 1968
|
Pejabat Sementara
|
7
|
Muhammad Tipal Hongi
|
Kepala Desa
|
1968 – 1982
|
Pemilihan
|
8
|
Abdullah Max
|
Kepala Desa
|
1982 – 1987
|
Pemilihan
|
9
|
Abdul Sidik
|
Kepala Desa
|
1987 – 1994
|
Pemilihan
|
10
|
Ayub S. Lotty
|
Kepala Desa
|
1995 – 2000
|
Pemilihan
|
11
|
Yusri Abubakar
|
Kepala Desa
|
2001 – 2003
|
Pemilihan
|
12
|
Dihir Alim
|
Kepala Desa
|
2003 – 2004
|
Pejabat Sementara
|
13
|
Naser Langgar
|
Kepala Desa
|
2004 – 2006
|
Pejabat Sementara
|
14
|
Syukur Salampe
|
Kepala Desa
|
2006 – 2009
|
Pejabat Sementara
|
15
|
Naser Langgar
|
Kepala Desa
|
2009 – 2015
|
Pemilihan
|
16
|
Sukardi Sulam
|
Kepala Desa
|
2015 – 2015
|
Pejabat Sementara
|
17
|
Kepala Desa
|
2015 – 2021
|
Pemilihan
|
-----------------------------------------------------------------------
Bagikan | Sebarkan | Boleh ?
Mantap
BalasHapus